Agam Wispi dikejar maut hingga harus berpuluh
tahun meninggalkan tanah air dan di dalam dadanya membara api ajaran Marx. Tapi
ketika maut itu telah tumbang, ia kembali ke tanah air dengan dada yang
dipenuhi muak akan ajaran itu. Pelarian memberinya kesempatan menziarahi
kiblat-kiblatnya, dan itulah awal mula muaknya. Ia ngeri melihat warisan budaya
Cina terhambur hancur dihajar godam revolusi budaya, ia sedih melihat
petani-buruh mati kelaparan di Soviet. Ia mungkin masih komunis tua yang
berwibawa, tapi api di dadanya jelas tidak lagi menyala-nyala.
Apa ide-ide yang untuknya ia
pernah tela mati telah menghianatinya? Tidak. Satu-satunya kesalahan yang
terjadi adalah ide-ide itu mewujud. Ide yang terwujud adalah ide yang
mengecewakan dan lemah. Sedangkan ide yang nyaris utopia adalah energi yang
sanggup membuat ribuan kepala rela berpisah dari badan. Agam Wispi bukan yang
pertama dan bukan satu-satunya. Orang-orang Jerman tahu persis akan hal itu.
Janji-janji Hitler pernah
membuat mereka memilih si jagal Eropa secara demokratis, NAZI nyaris menjadi
agama dengan Hitler sebagai Rasulnya. Ketika ide-ide NAZI dicobakan pada
realitas ternyata hanya berbuah perang ranum dengan harum bau asap, darah, dan
jutaan mayat. Eropa dinaungi awan hitam menakutkan dan kini semua orang
mengutuk Hitler.
Ide dan utopia adalah modal besar
aktivis, maka aktivis adalah sisipus-sisipus kecil yang imut-imut ; perjuangan
mereka berarti, semangat mereka berapi, justru karena yang mereka perjungkan
adalah mimpi yang hanya masuk akal ketika mereka tidur lapar dibuai lelah. Tidak di dunia nyata. Mau dia kanan mau dia kiri. Entah dia eka
entah dia eki, dalam bahasanya mbah Pembangunan eheheh. Mungkin di langit sana
arwah para utopis tua yang ide-idenya mereka perjuangkan sambil berkeringat sedang
tersenyum geli melihat mereka sambil main gaple. Sedangkan kenyataan masih
seperti biasanya, terus mengajarkan kita caranya menyembunyikan tangis dan
dusta. Masih mendidik kita untuk berbohong agar tidak ketahuan jujur. Masih memaksa
kita bergerombol mengepal menuntut sambil terpenjara dalam duka
sendiri-sendiri.
0 komentar :
Posting Komentar