Gerakan Dakwah: Mencari Konsep Gerakan Dakwah IMM AR Fakhruddin[1]

Arif Widodo[2]
Pendahuluan
Islam sebagai rahmatan lil’aalamiin, mempunyai makna yang luas dalam penafsirannya. Islam tidak hanya agama yang berbicara mengenai ritual peribadatan, namun juga inherent dengan kehidupan sosial masyarakat, dalam segala bentuknya di setiap zaman. Dalam bahasa lain (Arab) dikatakan Islam shaalihun likulli zamaanin wa makaanin, artinya kurang lebih bahwa Islam tetap bisa diterima dan relevan keberadaannya di setiap masa (zaman) dan di setiap tempat (dimana pun). Sehingga, umat Islam pun harus cerdas dalam berijtihad untuk melakukan kontekstualisasi ajaran Islam.
Islam juga merupakan agama dakwah. Dakwah sendiri berasal dari kata bahasa Arabدعا- يدعو , yang berarti memanggil, menyeru. Sehingga, kata “dakwah” bisa diartikan panggilan atau seruan, tentu saja seruan atau panggilan ini ditujukan untuk internal umat Islam sendiri dan juga eksternal (orang di luar Islam). Islam sebagai gerakan dakwah pun harus dijelaskan lebih mendalam; gerakan dakwah yang bagaimana yang sesuai dengan konteks zaman, supaya konsep gerakan dakwah juga selalu kontekstual serta bisa diterima oleh masyarakat, terlebih di era globalisasi seperti sekarang ini.
Tugas dalam mendakwahkan Islam tentu saja tidak selesai pada penyerahan tugas ini kepada ‘ulama atau Kyai saja, tetapi juga merupakan tugas generasi muda, khususnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Berpedoman pada trilogi Ikatan, IMM mempunyai tiga ranah gerak: keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan. Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang selalu berkaitan satu sama lainnya. Artinya, IMM mempunyai tanggung jawab berdakwah (aspek keagamaan) pada lapangan masyarakat dan mahasiswa. Sebagaimana sejarah kelahiran IMM yang tidak terlepas dari forum-forum dakwah anak muda Muhammadiyah yang rutin diadakan, merekalah Djazman Al-Kindi dan kawan-kawan (deklarator pendiri IMM).
Dengan adanya pemahaman ini, maka IMM juga sangat perlu untuk kemudian memberikan konsep akan mentode dakwah yang kontekstual, bisa diterima oleh kalangan mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Sehingga, risalah Islam mampu disebarkan dengan damai dan tidak kaku, serta terhindar dari konflik (baikintern maupun ekstern umat Islam). Terkhusus untuk IMM cabang AR Fakhruddin, yang “berdomisili” di Kota Yogyakarta tampaknya belum sepenuhnya melakukan dakwah kepada masyarakat Kota yang kompleks serta masyarakat mahasiswa yang rasional. Penulis hanya akan membahas mengenai metode dakwah masyarakat kota dan mahasiswa.
Tipologi Masyarakat Sasaran Dakwah
Sebelum nanti dibahas mengenai metode atau konsep yang digunakan dalam dakwah, perlu kiranya untuk memahami dan mendalami tentang karakteristik mesyarakat yang akan menjadi sasaran dakwah. Dalam menjadikan masyarakat sebagai sasaran dakwah, masyarakat akan digolongkan menjadi tiga: masyarakat desa, masyarakat kota dan mahasiswa. Ketiga masyarakat tersebut mempunyai karakternya masing-masing, meskipun disana-sini tetap terdapat kesamaan.
Pertama, masyarakat pedesaan. Yang dimaksud dengan masyarakat pedesaan disini adalah orang-orang yang berada atau tinggal di desa yang relatif jauh aksesnya dari kota. Pola masyarakat ini pun bermacam-macam, walaupun sudah ada yang rasional, namun sebagian besar masih erat dengan mistis dan takhayul. Kemudian, pada masyarakat ini juga, peran orang yang karismatik sangat besar (seperti Kyai, tokoh agama), sehingga tokoh ini menjadi rujukan dalam berbagai masalah, terutama masalah keagamaan. Meskipun ada juga yang (masih) percaya dengan dukun (ahli nujum).
Kedua, masyarakat kota. Masyarakat yang secara demografis tinggal di daerah perkotaan. Mereka lebih berpikir rasional dalam melihat gejala yang ada, termasuk juga keagamaan. Karena, akses dalam media informasi, pendidikan, relatif lebih maju dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Sehingga, peran besar kyai pun terasa berkurang dalam masyarakat kota. Kyai meraka sudah diganti dengan internet, surat kabar, media sosial dan sejenisnya, namun bukan berarti tidak pelu berdakwah kepada mereka.
Ketiga, masyarakat mahasiswa. Bagi penulis, mahasiswa juga memiliki tipe yang berbeda dengan dua masyarakat sebelumnya. Dalam pandangan penulis, mahasiswa mempunyai “dunianya”sendiri yang berbeda, meskipun tinggal di perkotaan. Mahasiswa memang tergolong rumit, tetapi paling tidak, dalam berdakwah/mengajak mereka, tempat yang strategis adalah di kampus. Mereka juga sangat rasional, sebagian ada yang hedonis dan apatis.
Masyarakat sasaran terbagi menjadi tiga:
Masyarakat DesaMasyarakat KotaMahasiswa
  • Masih percaya takhayul, mistis (meskipun sudah ada yang berpikir rasional)
  • Tokoh karismatik sangat berperan dalam dakwah (Kyai, tokoh agama)
  • Istilah untuk masyarakat desa, meminjam istilah Emile Durkheim,mechanic solidarity.
  • rasional, (meskipun juga ada yang masih percaya dengan mistis)
  • Peran orang yang karismatik ada, namun tidak sebesar dalam masyarakat desa dan tidak hanya Kyai tapi juga Cendekiawan sebagai tokoh yang karismatik
  • Rasional
  • Meskipun tinggal di kota, namun menghabiskan perannya di kampus (sebagian besar)
  • Sebagian ada yang hedonis dan apatis.
Dengan gambaran sasaran dakwah yang sangat kompleks ini, IMM perlu untuk merumuskan metode yang “mutakhir” dalam berdakwah dan bahkan cakupan isi dakwah yang diberikan juga berbeda, sesuai dengan karakteristik masing-masing masyarakat.
Akan tetapi, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai dakwah masyarakat kota dan mahasiswa. Masyarakat kota yang sangat kompleks mempunyai permasalahan yang juga kompleks, bahkan lebih “mutakhir”. Mereka sudah mengetahui tentang permasalahan ekonomi, lingkungan (ekologi), sember daya manusia (SDM) dan lain-lain. Di samping itu, ada pula masyarakat miskin kota—yang disebut juga kaum neo-mustadh’afiin—yang hidup di perkotaan. Ini juga yang harus dicermati untuk dijadikan sasaran dakwah.
Masyarakat mahasiswa juga perlu dijadikan sasaran dakwah IMM, karena memang ranah gerak IMM adalah di dunia kemahasiswaan dan IMM juga berada dalam kampus, sehingga perlu untuk berdakwah kepada mereka (mahasiswa) tentu saja dengan materi yang lebih sesuai dengan pengetahuan mereka.
Posisi IMM dalam Masyarakat
IMM yang akan mengambil peran dalam masyarakat harus mengetahui tentang posisinya di tengah-tengah masyarakat. Paling tidak ada tiga kelompok masyarakat yang ada dalam beberapa literatur sosiologis: kelompok masyarakat kelas bawah, kelas menengah dan konglomerat.
Dari ketiga kelompok tersebut, mahasiswa masuk dalam kelas menengah (termasuk IMM) sehingga posisi ini harus dimanfaatkan betul dalam berdakwah. Artinya, perubahan sosial yang ada di masyarakat juga harus didorong dengan dakwah.
tipologi
Mahasiswa, yang termasuk dalam kelas menengah harus mampu “membumi”, turun kepada kelas bawah (masyarakat), dengan jalan berdakwah. Berdakwah untuk perubahan sosial masyarakat memang tidaklah mudah dan tidak sebentar, sehingga diperlukan metode yang “membumi”, selain harus kontekstual terhadap masyarakat sasaran yang dituju.
Konsep Gerakan Dakwah
Dengan diawali dengan pemahaman mengenai masyarakat sasaran dakwah serta posisi IMM dalam masyarakat, maka tibalah untuk membahas mengenai konsep gerakan dakwah IMM AR Fakhruddin. Dasar pemikiran ini adalah ayat Al-Qur’an:
  1. Dalam konteks konsep, akan mengambil konsep Tabligh Ahmad Dahlan, yaitu dengan metode pro-aktif mencari sasaran masyarakat untuk dakwah bukan menunggu jama’ah.
  2. Dalam masyarakat kota, yang ingin kita tuju utamanya adalah dakwah terhadap masyarakat miskin kota, yang termasuk dari masyarakat kota. Karena, dalam masyarakat kota, terdapat masyarakat miskin kota yang biasanya direpresentasikan dengan Gepeng (Gelandangan dan Pengemis), Asongan dll.
tipologi     3. Pola dakwah yang akan dilakukan, bisa diilustrasikan sebagai berikut:
konsep 1
Penjelasan:
  1. Satu kader, minimal mencari dua orang masyarakat miskin kota untuk secara kultural, didampingi. Misalkan, 2 orang penjual asongan, diajak mengikuti forum dakwah yang rutin diadakan. Pada awalanya, fokus dakwah hanya kepada dua orang tadi, yang nantinya diharapkan akan mampu mengajak asongan (miskin kota) yang lain.
  2. Jika hal tersebut terlalu berat jika dilakukan oleh seorang kader, maka bisa dibebankan kepada komisariat, yang nantinya membawahi dakwah tanggung jawab tersebut.
  3. Untuk Gepeng (Gelandangan dan Pengemis), bisa dibuatkan forum-forum pendidikan dan pengajaran yang dimasukkan nilai-nilai keislaman.
Dalam dunia mahasiswa juga diterapkan seperti halnya metode sebelumnya. Memang, metode ini dikenal juga dengan Gerakan Jama’ah Dakwah Jama’ah (GJDJ), akan tetapi dalam kehidupan kampus, IMM belum mengaplikasikan secara maksimal.
konsep 2
Penjelasan:
  1. Kader IMM membawa 3 orang mahasiswa (temannya) untuk diajak dalam forum dakwah. Hanya saja, tema yang disampaikan tidak hanya ranah ibadah keagamaan, tetapi lebih kepada tema-tema kontemporer (Fenomena Jilbab,  Ekonomi Islam, Ekologi dll.), sebagai pancingan agar tertatik untuk ikut kembali.
  2. Setelah memperkuat 3 orang mahasiswa tersebut, mereka akan membawa 1 atau 2 orang temannya yang lain untuk bergabung dalam forum dakwah ini. begitu seterusnya. Berawal dengan tema yang menarik untuk dibicarakan.
Dengan metode dakwah seperti ini, selain memberdayakan masyarakat dan kader, IMM juga akan mempunyai simpatisan dengan tetap berpegang teguh pada dakwah yang kontekstual.
[1]Tulisan ini merupakan tugas Narasi Progress dalam Darul Arqam Madya (DAM) IMM Cabang AR Fakhruddin Kota Yogyakarta, yang dilaksanakan di BLK-PAY 9-14 Juni 2014.
[2] Bidang Kader PK IMM FE UMY periode 2013-2014, aktif di Korps Instruktur PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta.
Sumber : Repost dari Blog penulis (Klik)
Share on Google Plus

About PC IMM AR FAKHRUDDIN

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :