Milad IMM Ke-51 di Komisariat STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta


Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ke-51 yang bertepatan pada tanggal 14 Maret 2015 ini masih menyisakan euforianya. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya acara Pengajian Akbar dan Diskusi bertema “Goresan Tinta Emas Perjalanan IMM melewati Setengah Abad Tampuh Kepemimpinan” yang diadakan oleh komisariat STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta pada tanggal 3 April 2015 di Kampus Terpadu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta dan dihadiri oleh Ibu Umu Hani (Ketua Bidang Kemahasiswaan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta), Bapak Agus Taufiqurrahman (Pembicara Pengajian Akbar), perwakilan PC IMM AR. Fakhruddin, PK IMM STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, dan kader IMM Cabang AR. Fakhruddin.

Ibu Umu Hani dalam sambutannya memberikan wejangan bagi para kader IMM pada umumnya dan kader komisariat IMM STIKES ‘Aisyiyah pada khususnya. Beliau mengatakan kiranya ada 4 profil yang seharusnya dimiliki oleh kader IMM yang hingga sekarang seperti belum menjadi ruh dari para kader. Pertama dalam bidang keagamaan yang meliputi aqidah tentunya harus sesuai dengan tuntunan Islam, taat beribadah, mencontoh sifat-sifat Rasulullah SAW (sidiq, amanah, fathonah, tabligh). Kedua dalam bidang intelektualitas meliputi istiqomah, memiliki etos kerja belajar, arif, moderat, menjunjung tajdid berkemajuan. Ketiga dalam bidang sosial kemanusiaan dan kepeloporan yang meliputi sholeh/sholehah, peduli sesama, berfikir maju ke depan. Keempat dalam bidang keorganisasian meliputi kader sebagai calon pemimpin yang baik, mementingkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi. Beliau pun menutup sambutan dengan melontarkan harapan agar para kader IMM dapat selalu mendukung dan mendorong ide-ide dalam ber-Muhammadiyah, tidak hanya saat menjadi pimpinan saja.

Acara inti kegiatan ini ialah Pengajian Akbar yang disampaikan oleh Bapak Agus Taufiqurrahman (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY). Beliau mengatakan adanya beberapa krisis yang terjadi pada ummat sekarang ini, meliputi; kemiskinan, kepemimpinan, kebodohan, dan ukhuwah. Dari sisi kemiskinan, banyak masyarakat pribumi yang miskin di negara sendiri. Dari sisi kebodohan, sudah merajalelanya kebodohan yang semakin membudaya di masyarakat kita ini. Dari sisi ukhuwah, adanya bermacam-macam aliran yang dengan doktrinnya dapat merusak aqidah masyarakat (khususnya yang beragama Islam) sehingga tidak sesuai dengan Sunnah dan Hadits. Dari sisi kepemimpinan, banyak pemimpin yang hanya memberikan ‘janji palsu’ kepada rakyatnya. Ketika sebelum dipilih, rakyat ditinggi-tinggikan, sedangkan ketika sudah dipilih, rakyat dijatuhkan bahkan diinjak-injak oleh pemimpin. Dalam IMM di pusat pun terjadi adanya gaya-gaya partai yang dianut para kader, jika ada beberapa calon maka pengikut calon yang tidak terpilih tidak akan terakomodir oleh calon yang terpilih. Pak Agus mengharapkan bagi kader yang ada dalam forum pengajian ini agar tidak menganut hal itu ketika nantinya akan berjuang sampai pusat. Beliau menjelaskan pula tentang pentingnya organisasi sebagai wadah untuk berjuang karena kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebatilan yang terorganisir. Muhammadiyah merupakan organisasi pembaharu yang telah ada sejak 1912, pembaharu disini dimaksudkan bahwa segala sesuatu yang dipeloporkan oleh Muhammadiyah merupakan perubahan-perubahan yang membawa ke arah yang lebih baik.

Perubahan yang harus dilakukan dalam menghadapi permasalahan era ini adalah mendidik angkatan muda yang nantinya akan menjadi penerus bangsa dan mengarahkan para kader muda dalam berbagai orientasi. Sebagai bentuk arahan orientasi para kader muda, maka penting pula diadakannya diaspora kader; internal persyarikatan, kebangsaan, dan keummatan. Diharapkan dengan adanya diaspora kader dapat memperkuat gerakan Muhammadiyah dalam berbagai bidang garap dan siap bekerjasama dengan gerakan Islam manapun.

Milad IMM yang diadakan oleh Komisariat STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta ini pun menghasilkan diskusi para kader yang hadir. Ada 2 hal yang menjadi bahan diskusi, yaitu; Bagaimana menjadi pionir organisasi dan bagaimana cara merekrut kader profesional. Pertama, kiranya menjadi pionir organisasi sebaiknya meningkatkan jiwa spiritual yang berpegang pada Qur’an dan Sunnah. Memberikan karya nyata dari beberapa ‘impian’ dalam gerakan membaca, gerakan diskusi, dan gerakan menulis pun salah satu hal yang patut dilakukan. Kedua, kader profesional ialah kader yang berorganisasi tidak mengganggu kuliah, dan kuliah tidak mengganggu organisasi. Kuliah dan organisasi sebaiknya berjalan seiring sejalan yang menghasilkan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). Perekrutan kader yang profesional dibutuhkan role mode yang profesional pula, jadi kembali lagi perbaikan diri pada para kader agar terlihat profesional dimata para calon kader. Jadi, segala sesuatu kembali pada diri sendiri!. By. Rofiah Firdausya



Share on Google Plus

About PC IMM AR FAKHRUDDIN

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :