JanganTerjerat Dalam Jebakan Eksklusivitas

Oleh : Zulkifli Abubakar

Dunia kemahasiswaan atau kita sebut dunia kampus adalah dunia yang kompleks, sarat dengan berbagai dinamika realitas, dunia yang penuh nuansa intelektual. Kompleksitas tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang harus ada dan membuktikan bahwa masyarakat intelektual yang bergelut disana, setiap saatnya selalu berproses dan berkompetetisi dalam berbagai hal untuk mencapai kualitas hidup yang memadai. Untuk mendapatkannya, individu-individu mahasiswa, selain dituntut untuk merubah dirinya juga harus berani menerima perubahan-perubahan yang dihadapi disekelilingnya, baik yang datang dari dunia internal maupun eksternal kampus. Organisasi kemahasiswaan sebagai alat bagi individu-individu mahasiswa sekaligus memiliki peran sebagai instrument perubahan pun harus demikian. Ia (organisasi kemahasiswaan) harus mampu membuka diri dalam memfilterisasi segala perubahan-perubahan yang ditawarkan oleh realitas sosial hingga sampai pada pembacaan realitas sosial yang terjadi di masyarakat yang sarat dengan ketimpangan sosial. Jika organisasi kemahasiswaan yang ada masih berseragam eksklusif, maka terbuktilah kata primbon “ia tidak cocok hidup di kampus, cocoknya ke laut aja.”
Begitu juga Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang biasa disingkat dengan IMM dilahirkan sebagai penerus cita-cita Muhammadiyah. Ia (IMM) sebagai organisasi kemahasiswaan sekaligus Ia (IMM) dibentuk untuk melahirkan kader-kader yang berkualitas dalam intelektualitas, religiusitas maupun humanitas yang termaktup dalam landasan gerakannya. Ia (baca : IMM) bukanlah sebuah benda sakral yang jumud dan statis terhadap setiap perubahan yang terjadi. Akan tetapi, sebagai sesuatu simbol pergerakan yang dinamis terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Ditengah-tengah kuatnya basis massanya disetiap perguruan tinggi Muahammadiyah, swasta maupun negeri, disetiap perkembangannya yang begitu pesat, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menjadi semakin tidak populer dan kurang memberikan kontribusi yang nyata terhadap perubahan masyarakat. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak lagi menjadi the agent of social change di tengah peningkatan kader-kadernya, membuat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah lebih fokus kepada urusan internal kadernya, lebih sibuk kepada persoalan konsolidasi internalnya yang membuat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah cenderung tidak bisa melepaskan diri untuk mandiri dari Muhammadiyah sehingga pada akhirnya mengabaikan persoalan-persoalan substansial yang menjadi tujuannya sendiri. Akibatnya, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi eksklusif dan cenderung tidak diperhitungkan di kancah pergerakan mahasiswa karena nihilnya kontribusi yang diberikan.
Jebakan eksklusivitas akan cenderung membuat kita menjadi lemah. Muhammadiyah tidak pernah menginginkan kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi kader-kader yang autis yang tidak peka terhadap perubahan. Begitupun pendahulu-pendahulu yang melahirkan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pun tidak pernah menginginkan kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi kader- kader yang jago kandang sementara banci di dunia luar. Oleh karenanya, IMM saat ini harus mampu mengenal dan memposisikan dirinya sebagai the agent of social change dan mampu merobohkan dinding-dinding eksklusivitas yang telah kokoh dibangun. Saya kira dengan demikian, IMM akan lebih bisa berperan dalam kancah pergerakan mahasiswa dan pantas diperhitungkan oleh dunia pergerakan yang lain dan tidak terjebak oleh arus budaya eksklusifitas gerakan dan yang lebih penting adalah IMM harus mampu membuat arus baru pergerakan mahasiswa dan memberikan kontribusi bagi perubahan-perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Mudah- mudahan IMM tidak terjerat pada ramalan kuno Jawa di atas.
Jayalah engakau IMM
IMM jaya….!!!!
Share on Google Plus

About PC IMM AR FAKHRUDDIN

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :