Karl Hendrich Marx dan Revolusi Sosial


1.1.Prawacana
Revolusi bisa diartikan sebagai perputaran, rotasi cepat atau lebih tepatnya perubahan yang berlangsung secara cepat . Sementara sosial berasal dari akar kata social yang berarti “pertemuan silaturrahmi/ramah tamah atau bisa juga kemasyarakatan ”. Namun tak mungkin bila dalam pengertian ini yang diambil oleh penulis sosial dengan pengertianya sebagai ramah tamah/silaturrahmi.
Sementara pengertian yang tepat dalam hemat penulis, “sosial” dalam artian kemasyarakatan. Jadi bila digabungkan pengertian kebahasaan diantara keduanya, revolusi sosial berarti perubahan cepat yang didodorong oleh semangat kemasyarakatan. Namun lebih jauhnya nanti penulis akan memaparkan hal ini dalam pendefinisian lebih jauh lagi.
Setiap revolusi sosial yang terjadi di dunia, semisal revolusi Prancis dan revolusi Cina para ilmuan ataupun para akademisi selalu mengaitkanya dengan nama Karl Heindrich Marx. Apa sesungguhnya yang terjadi dengan hal itu. Bahkan dalam sebuah diskusi dikatakan Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dikaitkan pula dengannya. Hal ini tentunya menjadi pendorong tersendiri bagi penulis untuk mengkaji keterkaitan antara Marx dengan revolusi itu sendiri.
Dalam tradisi Marxisme, --aliran Marx atau penganut Marx-- istilah revolusi sosial tidaklah femiliar dikenal, yang lebih dikenal dalam tradisi Marxisme adalah revolusi nasional, borjuis, proletar dan industri. Dalam Kamus Kecil Marxisme , revolusi diterjemahkan dengan pengertian “perebutan kekuasaan Negara oleh kelas yang baru dan maju, umpamanya revolusi Prancis yang terjadi pada tahun 1789 dan revolusi Rusia pada tahun 1917”.
Revolusi nasional yang pada umumnya terjadi sebagai perjuangan Negara terjajah untuk melawan kekuatan asing atau Negara penjajah. Revolusi nasional ini lebih mudahnya sebagaimana yang terjadi di Indonesia ketika melawan pemerintah kolonial Belanda dulu.
Revolusi borjuis merupakan revolusi yang terjadi sebagai gerakan kaum capital atau pemilik modal untuk menggulingkan kekuasaan pemerintah yang berkuasa. Sementara revolusi ploretar merupakan rovolusi yang dilakukan oleh kelas tertindas, kaum buruh atau petani terhadap kaum borjuis pemilik modal. Adapun revolusi industri merupakan perubahan besar-besaran dalam bidang industri.
Dari bebarapa istilah revolusi yang dikemukakan di atas menurut hemat penulis yang dekat pengertianya dengan revolusi sosialisnya Marx adalah revolusi ploretar. Mengingat dalam tulisan Magnis Suseno , ketika memaparkan mengenai gagasan Marx untuk membebasakan ketertindasan kaum buruh, dalam sejarah yang dipakainya adalah sejarah mengenai pertentangan kelas. Sehingga revolusi ploretar ini dalam perkembanganya sering dikatakan sebagai revolusi sosial.
Tulisan ini lebih khususnya akan memaparkan mengenai pemikiran Marx dan bagaimana hubunganya dengan revolusi sosial yang terjadi sebagaimana yang telah disinggung di muka. Perlu dicatat revolusi sosial yang penulis maksud bukanlah revolusi sosial dilihat dalam bentuknya yang konkrit seperti revousi Rusia dan Tiongkok. Tetapi revolusi sosial yang penulis maksud adalah dalam ranah gagasan awal ketika Marx berpikir untuk membebasakan ketertindasan kaum ploretar.
Hal inilah yang penulis rasa paling tepat untuk melihat bagaimana keterkaitan pengaruh pemikiran Marx terhadap revolusi sosial yaitu hanya berlaku dalam ranah nalar (gagasan) bukan dalam ranah praksis. Mengingat gagasan Marx sendiri sebetulnyta terwujud berkat penafsiran-penafsiran pemikir-pemikir berikutnya yang bekerja dalam wilayah revolusi praktis, seperti Mao di Cina dan Lenin di Rusia.
Didasarkan pada pra wacana di atas maka ada dua pertanyaan yang akan penulis ajukan:
1. Apa yang menjadi basis pijakan pemikiran Marx ?.
2. Bagaimana gagasan Marx mengenai Revolusi Sosial?

1.2.Manifesto Marx
‘Dimanakah adanya satu partai oposisi yang tidak dicap komunis oleh lawan-lawanya yang sedang berkuasa?. Dimanakah ada partai oposisi yang tidak membantah dengan baik melempar tuduhan komunis pada partai oposisi lain yang lebih radikal, juga terhadap lawan-lawannya yang reaksioner itu’ .

Kutipan di atas merupakan kutipan yang dikutip kembali oleh Kususmandaru terhadap tulisan Marx dengan judul The Bourgeois Intelegentia’s Methods of Stuggle Against the Works dalam Die Neue Reinische Zeitung yang ditulis Marx pada Juni tahun 1848.
Sebetulnya kutipan dari tulisan Marx di atas merupakan secuil paragraf dari salah satu buku fenomenal yang ditulisnya yaitu Manifesto Komunis. Buku yang ditulis Marx selama hampir Dua bulan ini merupakan buku yang paling ditakutkan dalam sejarah perlawanan umat manusia. Tak ada satupun perubahan radikal di abad 20 dan 21 melainkan terinspirasi oleh semangat revolusioner yang tertera dalam buku itu.
Dan jadilah dokumen itu menjadi dokumen yang paling berpengaruh sepanjang millenium kedua ini. Dokumen yang paling diktakuti oleh para penguasa. Dokumen yang telah memberi inspirasi pada jutaan kaum revolusioner di seluruh dunia, di berbgai masa .

Begitu besarnya pengaruh buku Manifesto Komunis ini terhadap perlawanan radikal kaum revolusioner, sehingga bisa dikatakan Manifesto Komunis menjadi roh penggerak dari setiap revolusi soial yang terjadi. Maka pantas sebagai penghormatan terhadap penulisnya seorang Ramdani mengatakan tak ada revolusi sosial yang tidak disandarkan atas nama Marx sebagai penulisnya.
Keberadaan Manifesto Komunis selain menyandarkan pada nama besar Marx juga tidak bisa dipisahkan dengan berlangsungnya Kongres Liga Komunis II pada akhir tahun 1847. Seluruh hasil perdebatan mengeani program-program dari gagasan setiap distrik perwakilan elemen buruh internasional. Dan yang mengampu beban untuk menuliskan dan merumuskan kesimpulan program-program hasil perdebatan dalam Liga Komunis II itu adalah Marx. Di sinilah penulis kembali menegaskan, wajarnya Marx diangungkan karena namanya memang berjasa terhadap keberadaan Manifesto itu.
Manifesto merupkan dokumen yang paling penting untuk menilai suatu organisasi karena Manifesto tersebut memaparkan apa dan bagaimana oraganisasi itu? Dasar pemikiran, tujuan, strategi dan prinsip umum, berikut program-program mendesaknya. Kusumandaru mengatakan, “Partai dan organisasi politik yang tidak memiliki Manifesto adalah partai canda tawa ---- cocok untuk tempat hura-hura, pesta poltik dan cari duit sampingan, tapi tidak untuk bertempur mencari demokrasi” .
Maka sebetulnya dari Manifesto inilah penulis bisa mempelajari gagasan-gagsan revolusioner Marx. Tentunya gagasan yang penulis maksud bukan dalam bentuk pembacaan langsung yang penulis lakukan terhadap buku Manifesto itu sendiri, melainkan penulis membacanya dari sudut pandang penafsir Marx atau mereka yang menulis dan mengkaji pemikiranya. Inilah yang dijadikan pijakan oleh Marx sehingga pemikiranya sangat berpengaruh terhadap terjadinya setiap revolusi di dunia.

1.3.Gagasan Marx
Garder dalam bukunya Dunia Sopie ketika menjelaskan mengenai Marx mengatakan kalau Marx mempercayai bahwa dalam seluruh perjalanan sejarah umat manusia selalu ada pertentangan dua kelas masyarakat yang berlawanan. Pada masyarakat budak jaman kuno, pertentangan terjadi pertentangan terjadi antara budak dengan pemilik budak itu sendiri.
Pada masyarakat feodal abad pertengahan pertentangan terjadi anatara pemilik tanah dengan buruh tani, yang selanjutnya pertentangan ini berkembang luas menjadi pertentangan antara bangsawan dengan masyarakat biasa. Sementara saat ini di era modernitas pertentangan terjadi antara pemilik modal dengan buruh atau pekerja. Garder memperhalus bahasanya Marx dengan mengatakan; “jadi pertentangan itu berlangsung antara mereka yang memiliki sarana produksi dan mereka yang tidak” .
Ketika pertentangan kepentingan terjadi, pemilik modal dengan seenaknya mempekerjakan buruh tak ubahnya dengan pengembala berlaku terhadap hewan. Sisi kemanusian dari buruh tidak dilihat sama sekali, yang terjadi adalah pengisapan tenaga secara membabi-buta. Buruh terjebak dalam ganasnya udara pengap pabrik, kondisi ruangan yang rentan terhadap kesehatan, sungguh kondisi yang sangat beresiko. Ditambah jam kerja yang hampir mencapai 12-15 jam dalam satu hari, hal ini semakin memperparah keberlangsungan sejarah umat manusia.
Dengan kondisi seperti ini, buruh dijebak dalam proses pemiskinan, upah minim tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup mereka. Marx berpendapat tindakan yang harus ditempuh adalah melakukan propaganda yang bisa membangkitkan semangat supaya terjadinya pemberontakan terhadap pemilik modal.
Andai pemberontakan dengan cara merebuk kepemilikan modal tidak dilakukan oleh kaum proletar terhadap kaum borjuis. Posisi mereka tetap tidak akan pernah berubah. Terus terbelenggu dalam garis edar kemiskinan struktural. Mengingat kemiskinan yang dialami mereka merupakan kemiskinan yang diciptakan bukan kemiskinan yang terjadi secara alamiah. Kepemilikan modal tetap berbutar hanya di kalangan borjuis, modal tidak akan pernah sampai ketangan kaum proletar ---seolah ada garis pembatas di antara keduanya----.
Selanjutnya yang mesti dilakukan adalah kaum buruh ---sebagai representatif kalangan ploretar---- “harus mengorganisasikan diri dalam serikat-serikat buruh dan solidaritas antara mereka semakin kuat” . Menurut Nyoto dalam tahapan ini serikat buruh harus dipecah dalam berbagai gerakan, tidak boleh hanya diwadahi oleh satu organisasi saja. Tetapi harus tetap dalam satu komando berupa landasan semangat pemberontakan untuk pembebasan. Strategi ini bertujuan supaya ketika salah satu organisasi tertekan, atau bahkan dibubarkan organisasi lainya tetap bisa eksis. Sehingga kekuatan dan cita-cita kaum buruh tetap hidup.
Andai semua kekuatan buruh yang terpecah-pecah dalam berbagai organisasi itu sudah masif, maka perubahan dengan pemberontakan tidak bisa dihindari. Bergerak dalam satu komando dengan falsafah “hancurkan hari ini dan bangun hari esok”. Marx mengatakan; perubahan hanya bisa dilakukan dengan revolusi” . Tidak peduli berapa pun korban yang akan berjatuhan, tidak peduli kerusakan apa yang akan ditimbulkan, yang terpenting kaum buruh harus terbebaskan.
Inilah dalam hemat penulis senjata ampuh solusi yang ditawarkan oleh Marx untuk mengakhiri eksploitasi kalangan borjuis terhadap orang-orang proletar. Berupa pemberontakan terorganisir yang dilakukan oleh buruh sebagai aktor di lapangan, yang sebetulnya dalam hemat penulis pemberontak sesungguhnya adalah aktor intelektual yang melakukan propaganda dan mengorganisir kalangan buruh itu sendiri dalam organisasi-organisasi serikat buruh. Pemberontakan semacam ini dikenal untuk saat ini dengan istilah revolusi sosial .
Marx --sebagaimana yang penulis pahami--, kembali melanjutkan gagasanya. Menurutnya setelah revolusi terjadi akhirnya yang akan timbul adalah masyarakat tanpa pertentangan kelas atau lebih dikenal dengan istilah masyarakat tanpa kelas. Tidak ada lagi orang kaya dan tidak ada lagi orang miskin, semuanya sama tanpa ada perbedaan dalam hak dan kewajiban, juga tidak ada diskriminasi dalam status sosial dan kehormatan.
Dimana menurut Suseno; “dalam masyarakat tanpa kelas Negara sebagai panitia untuk mengurus kepentingan borjuasi” . Negara mempunyai andil yang cukup besar untuk mengendalikan faktor-faktor terutama sumber daya produksi kepemilikan individu dihilangkan semuanya dimiliki dan diatur oleh Negara. Individu hanya menerima dan memanfaantkan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Negara.
Ketika sudah sampai pada titik ini, Negara yang berkuasa atas semua kepemilikan dan pengaturan kekayaan. Maka menurut Engels, revolusi sosial dalam menyelesaikan masalah ketertindasan kaum proletar menjadi ‘loncatan umat manusia dari kerajaan keniscayaan ke dalam kerajaan kebebasan’ .
Menurut Maududi, --pemikir muslim dari Pakistan----bila Negara telah berkuasa penuh atas semua kekayaan, Marx menganjurkan “alat-alat produksi hendaklah diambil dari perorangan dan dipindahkan ke dalam tangan masyarakat untuk dimiliki secara bersama” .
Karena bagi Qaradhawi,---pemikir muslim dari Universitas Qatar---, “pengakuan terhadap prinsip pemilikan dalam pandangan kaum Marxian (termasuk Marx) adalah sumber kedzaliman dan penyimpangan, harus ditinggalkan dan dihancurkan” . Adapun untuk pemakaian atas kekayaan tersebut Maududi mengatakan dalam paham Marx harus diusahakan pembagiaan kekayaan alam kepada setiap orang sesuai dengan kebutuahan.
Tanpa bisa dipungkiri bila menemukan indikasi seperti itu telah terjadi dalam suatu ruang lingkup masyarakat atau bangsa, maka inilah masyarakat komunis yang terlahir dari revolusi sosial yang digagas oleh seorang nabi tanpa wahyu ---meminjam bahasanya Kususmandaru--- Karl Hendrich Marx. Sebagaimana yang dikemukakan Suseno; “ciri-ciri inti masyarakat komunis adalah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan penghapusan adanya kelas-kelas sosial” .
Menurut Marx, ketika masyarakat komunis terbentuk, maka orang tidak terbatas pada bidang kegiatan ekslusif, tetapi bisa mendapatkan kecakapan dalam apa yang diinginkan. Masyarakat bisa mengatur produksi umum, dengan demikian mereka bebas mau mengerjakan kapan pun sesuai dengan kehendak nuraninya, tanpa ada keterpaksaan.
Sekali lagi, inilah kebebasan dan kedamaian hidup masyarakat komunis sebagai buah dari kerja keras mereka dalam mewujudakn revolusi sosial.

1.4. Epilog
Dari apa yang disampaika penulis di atas dapatlah disimpulkan:
1. Begitu besarnya pengaruh buku Manifesto Komunis yang ditulis oleh Marx terhadap perlawanan radikal kaum revolusioner, sehingga bisa dikatakan Manifesto Komunis menjadi roh penggerak dari setiap revolusi social yang terjadi, sehingga buku ini pula yang menjadi basis atau sumber dari pemikiran revolusi sosialnya Marx.
2. Revolusi sosial merupakan gagasan yang digagas oleh Marx sebgai jalan keluar untuk mengeluarkan ketertindasan kaum ploretar dari cengkraman eksploitasi kaum borjuis. Marx menggas ini dengan terlebih dahulu mempelajari sejarah masyarakat yang selalu dihadapkan pada pertentangan kelas. Ketika recolusi sosial terjadi, maka kenyamanan hidup akan didapatkan oleh kaum ploretar, pertentangan kelas akan berkahir karena factor dan sumber daya produkis dikuasai oleh Negara.
Hal lain yang perlu dicamkan, kajian kritis mesti terus kita lakukan terhadap bangunan-bangunan epistemologi Marx ini. Dalam tulisan lain penulis sebetulnya mendapatkan kerancuan terhadap bangunan epistemologinya. Kajian yang kita lakukan sebagai kader IMM cabang A.R Fakhruddin, bukan untuk mendukung dan mewujudkan gagasanya. Melainkan kita harus membongkar semua kerancuan yang ada pada gagasan-gagasanya. Saya kira, yang membaca tulisan ini andai memahami gagasan-gagasan Koentowioyo, Amien Rais, dan Ali Syariati tentu akan bersepakat dengan saya.


Daftar Pustaka

Echols, Shadily 2006, Kamus Inggris Indonesia. Gramedia.
Garder, Justin 2004. Dunia Sopie. Mizan.
Kusumandaru, Kenbudha 2006, Karl Mark, Revolusi dan Sosialisme. Resist Book.
Suseno Magnis, Franz 2001, Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Untopis ke Perselisishan Revolusion. Gramedia.
Tim Prima Pena 2006, Kamus Ilmiah Populer. Gitamedia Press.
Gourd , L.Harry 1952, Kamus Marxisme. Dalam htp//. www.geocitie.com
Nyoto 1962, Marxisme Ilmu dan Amalnya. Dalam htp//. www.geocitie.com
Share on Google Plus

About PC IMM AR FAKHRUDDIN

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :