Refleksi atas Realitas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

oleh | Cehar Mirza


Bangun dan bangkitlah!

Robohkan fondasi istana kaum kaya

Didihkan darah kaum tertindas dengan api iman

Ajarlah burung gereja biar berani melawan elang

Saat rakyat berdaulat sudah dekat

Hapuskan sisa-sisa hukum dan kebiasaan masa lalu

Buanglah bulir gandum di tegalan

Yang gagal memberi kehidupan kaum tani…

(Sir Muhammad Iqbal)

Sudah sekian lama tidak terasa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terlahir. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terlahir atas sebuah realitas yang menuntut untuk hadir dalam sebuah sejarah bangsa ini. Tuntutan untuk melahirkan kader-kader yang amanah dan mampu untuk meng-elaborasikan kepentingan individu dengan kepentingan bangsa untuk keluar dari penjajahan. Ikatan Mahasiswa terlahir atas kebutuhan jaman pada saat itu. Kebutuhan untuk mendidik para pemimpin-pemimpin muda yang lahir dari rahim perjuangan bangsa yang dielaborasikan melalui organisasi-organisasi kemahasiswaan. Tumpuan untuk membangun karakter-karakter yang idealis serta penuh dengan gagasan murni yang realistis menjadi titik tolak terlahirnya ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Melalui kader-kadernyalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat yang berada di lingkungan kampus. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terlahir bukan karena tanpa alasan dan terlahir bukan karena secara kebetulan (a historical accident) akan tetapi terlahir karena adanya keharusan sejarah yang selalu berdinamika dan memiliki proses serta tumbuh dari sikap kesadaran akan sebuah makna kemandirian tanggung jawab moral dan etika yang dimilikinya.

Menurut Agham terlahirnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak akan bisa terlepas dari pengaruh internal maupun eksternal. Pengaruh internal, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak akan bisa terlepas dari organisasi Induknya yaitu persyerikatan Muhammadiyah. Karena Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi yang terlahir secara langsung dari rahim persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki misi untuk merubah sebuah kaum dari kejahiliaan menuju kaum yang berkesadaran dengan Melalui gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Gagasan-gagasan untuk membangun organisasi kemahasiswaan telah ada sebelumnya. Sebuah tuntutan jaman yang mengharuskan ikatan mahasiswa muhammadiyah terlahir.

Dalam sejarahnya Muhammadiyah sebagai induk organisasi mengharuskan untuk membuat sebuah organsisasi yang otonom di tingkat kemahasiswaan dan dengan menghadapi tatanan masyarakat yang baru pada saat itu. Serta muhammadiyah dituntut untuk membentuk sebuah organisasi kepemudaan yang memiliki karakter ideologis yang mampu untuk mengintegrasikan antara religiusitas, humanitas dan intelektual sehingga nantinya mampu untuk membangun muhammadiyah dan mampu untuk menghadang gejala-gejala sosial yang mendeskriditkan bangsa ini nantinya. Melalui mahasiswa sebagai salah satu kaderalternatif yang diinginkan oleh Muahammadiyah yang dapat dipercaya untuk mengelola tatanan baru masyarakat Indonesia ke depan nantinya dan akan membentuk sebuahkultur baru bagi kehidupan umat nantinya.

Pengaruh eksternal

Lahirnya ikatan mahasiswa muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari dialektika sejarah politik bangsa Indonesia saat itu. Terkhusus saat terjadinya dialektika sejarah yang berkaitan dengan sosio-kultural dan pergolakan organisasi kemahasiswaan saat itu. Kira-kira pada tahun 50-an hingga pada saat G30/S PKI pada tahun 1965. Saat itu, pergolakan organisasi kemahasiswaan mengalami jalan buntu. Itu ditenggarai oleh adanya pemberontakan-pemeberontakan yang terjadi, ketika masa perebutan kekuasaan yang dimotori oleh kelompok-kelompok yang berkepentingan seperti PKI. Sehingga organisasi kemahasiswaan hampir stagnasi dalam menjalankan aktifitas secara partisipatif organisatoris. Pada tahun 1957 bertempat di Bandung terjadi pertemuan organisasi-organisasi kemahasiswaan yang diwadahi sebagai konferensi mahasiswa Asia-Afrika. Dalam konfrensi tersebut memiliki kepentingan yang sangatbesar sehingga masing-masing dari organsisasi kemahasiswaan memisahkankan diri. Pemisahan diri disebabkan oleh adanya intervensi kelompok kepentingan yang kuat, kelompok kepentingan saat itu disinyalir adalah PKI sebagai partai yang memiliki organisasi dibawah instruksinya langsung yaitu Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia yang salah satunya anggota dari konfrensi mahasiswa. Sehingga dengan pengaruh PKI yang sangat kuat saat itu, maka terjadilah pengusiran terhadap organisasi yang berideologi Islam dan terjadilah perpecahan terjadi pada organisasi kemahasiswaan. Dari situasi yang kelam seperti itu dapat di tarik benang merah, bahwa kesadaran atas nafas baru organisasi kemahasiswaan harus dilahirkan. Terlahirlah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ditengah-tengah kehidupan pahitnya sejarah dan dialektika sejarah bangsa ini. Terlahirnya Ikatan Mahasiswa muhammadiyah secara tidak langsung karena, (a) terjadinya gejolak situasi politik pemerintahan saat itu, (b) terjadinya ketegangan politik, intrik politik, teror politik, dan cerai berainya organisasi-organisasi kemahasiswaan, (c) terjadinya kemandekan kebebasan dalam berekspresi dan menurunnya kehidupan social, ekonomi, dan politik sehingga dituntutlah sebuah angin segara organisasi kemahasiswaan yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang nantinya akan mampu menjadi pelopor bagi terciptanya perubahan yang lebih baik di dalam tubuh bangsa Indonesia.

Pada tahun 14 Maret 1964 lahirlah angin segar organisasi kemahasiswaan baru yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Dengan cita-cita yang visionernya menjadikan sebuah organisasi yang dapat menjadi pelopor bagi perubahan sosial bangsa ini. Sudah hampir setengah Abad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah keluar dari rahim Induknya yaitu Muhammadiyah. Berbagai macam agenda-agenda yang visionernya selalu mewarnai dialektika dalam tinta sejarah bangsa ini sehingga mampu untuk mewujudkan eksistensinya dalam merumuskan gerakan-gerakan pembaharuan gerakan supaya tidak terjerumus dan mudah terbawa dalam arus Globalisasi yang semakin lama tidak menentukan arahnya. Berbagai macam rumusan program telah dirumuskan oleh ikatan mahasiswa muhammadiyah agar untuk menciptakan dinamisasi akselerasi gerakannya dalam dinamika gerakan kemahasiswaan. Melalui visi ikatan kader-kader dapat menjadi pelopor sekaligus menjadi kader ideologis yang dapat mengejewantahkan antara kemampuan nilai diri dan skill secara berkehidupan sosialnya. Visi tersebut termaktup dalam tri kopetensi yang dimiliki oleh setiap kader Ikatan yang dapat tersosialisasikan dalam trilogi ikatan yaitu berfikir (intelektualitas), berkehidupan sosial (humanitas) dan menjadi umat yang beragama (religiusitas).

Setiap kelompok memiliki karakteristik sekolahnya sendiri-sendiri, yang memiliki tujuan melestarikan fungsi tradisionalnya…. Mengukur kualitas secara organis berbagai kaum intelektual dan derajat keterkaitan mereka dengan suatu kelompok sosial yang fundamental (Anthoni Gramsci, 1971 : 40)

Konsep Intelektualitas

Seseorang dikatakan intelektual adalah orang yang memusatkan dirinya untuk memikirkan suatu gagasan dan masalah masalah dengan menggunakan kemampuannya penalarannya secara sistematik dan analisis. Sementara kelompok yang dikatakan intelektual merupakan kelompok yang berada di masyarakat secara ekslusif yang bergaul secara terbatas. Selain itu, kelompok intelektual yang dapat mengelaborasikan dirinya melalui dedikasinya dan kreadibilitasnya sekaligus melibatkan dirinya secara total dan menjelma menjadi secercah harapan yang mencerahkan untuk kepentingan seluruh kaumnya. Kelompok intelektual layaknya sebagai tetesan air ditengah kekeringan gurun safana, ia dapat membawa perubahan dan menyadarkan kaumnya dari kebodohan dan ketertindasan yang terjadi. Kelompok intelektual juga dapat dikatakan sebagai rausyanfikr (pemikir yang cemerlang) yang selalu hadir untuk menyadarkan dan membebaskan kaum yang lemah dari jerat kenistaan dan mengartikulasikan gagasannya tidak hanya sebagai kemampuan soft skill saja akan tetapi sebagai tujuan dalam misi kemanusiaan.

Menurut Hussein Alatas intelektual dapat dikategorikan dan memiliki ciri-ciri social dalam pembentukannya, yaitu ; (a) Mereka yang direkrut dari segala kelas sekalipun dalam proporsi yang berbeda-beda, (b) Mereka dijumpai dikalangan pendukung atau pendukung atau penentang berbagai gerakan kebudayaan dan politik, (c) Pekerjaan mereka bukanlah pekerjaan tangan dan fisik, (d) sampai batas tertentu mereka menjauh dari masyarakat dan selebihnya bergaul di dalam kelompoknya sendiri, (e) mereka tidak hanya tertarik pada segi pengetahuan teknis dan mekanis semata, melainkan memusatkan diri pada suatu diskursus dan manifesnya, serta merangkainya dalam suatu perspektif yang lebih luas dan terbuka, dan (f) Kelompok intelektual merupakan bagian kecil dari masyarakat. Dari kategorisasi bentuk itulah yang menjadikan harga mati para kaum muda untuk masuk dalam kelompok-kelompok yang dinamakan kelompok intelektual. Sebuah alat yang dapat menjadi kampak bagi Nabi Ibrahim untuk mengentaskan berhala-berhala yang membodohkan dan membelenggu pemikiran. Karena secara sistematik para intelektual dapat merumuskan gejala-gejala yang terjadi dan mengambil langkah strategis sehingga nantinya mampu untuk keluar dari problematika yang sering dihadapi. Menurut Alexis Carrel bahwa sejauh manusia masuk didalam dunia luar dan telah mencapai kemajuannya disana, sejauh itu pula ia terasing dari dirinya sendiri dan lupa pada hakikatnya. Selanjutnya adalah apakah Ikatan MAhasiswa nantinya dapat keluar dari belenggu tersebut? Dan bagaimana langkah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dapat menentukan langkah untuk keluar dari belenggu tersebut? Pertanyaan ini harus dapat dirumuskan dan direfleksikan secara aplikatif oleh kader-kader ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Karena bangsa ini merindukan kader-kader pelopornya yang lahir dari rahim idealisme-rasionalistik untuk melanjutkan kepemimpinan yang amanah dan berani untuk menyerukan ketidak adilan yang terjadi di tanah pertiwi ini.

Konsep Humanitas

Dalam bahasa latin humanitas ialah makhluk manusia. Menurut Kuntowijoyo humanitas adalah memanusiakan manusia atau menghilangkan “ kebendaan, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari manusia. Selain itu, Dalam banyak literature humanisme merupakan sebuah faham dari filsafat yang menjunjung nilai manusia dan menjadikan kriteria terhadap sesuatu. Istilah humanisme dalam pengertian ini adalah derivat dari kata-kata humanitas yang pada zaman Cicero dan Varro berarti pengajaran masalah-masalah yang oleh orang-orang Yunani disebut paidea yang berarti kebudayaan. Pada zaman Yunani kuno pendidikan dilakukan sebagai seni-seni bebas, dan ketentuan ini dipandang layak hanya untuk manusia karena manusia berbeda dengan semua binatang. Manusia memiliki akal untuk menentukan arah atau tujuan hidupnya dan manusia memiliki emosional yang sekaligus sebagai penentu arah dalam tujuan kehidupannya.

Kaum humanis bertekad untuk mengembalikan kepada manusia spirit (semangat pembaharuan) yang pernah dimiliki manusia pada era klasik dan kemudian musnah di zaman pertengahan. Spirit (semangat pembaharuan) itu tak lain ialah spirit kebebasan yang telah menjustifikasi klaim-klaim mengenai otonomi manusia dan yang telah merestui manusia untuk mencari kemampuan dalam menentukan kejadian-kejadian yang terjadi dalam lingkungannya secara mandiri. Selain itu juga, humanitas bertujuan untuk menghidupkan dan mengembangkan potensi dan kemampuan yang pernah dimiliki oleh manusia sebelumnya dalam era klasik.

Secara konsepsi humanitas merupakan suatu gejala yang harus dimiliki oleh seluruh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sehingga nanntinya dapat membentuk sebuah karakteristik dari sikap kemanusiaan. Humanitas tidak hanya gejala sosial saja yang terjadi dalam sejarah tentang kemanusiaan akan tetapi humanitas menjadi sebuah term yang akan membentuk spirit bagi terciptanya perubahan yang terjadi di lingkungan sejarah kemanusiaan. Humanitas pun sebagai fungsi kontrol bagi terciptanya masyarakat yang berkesadaran. Semangat pembaharuan terhadap realitas yang tidak pernah berpihak kepada kaum Mustad’afin menjadi sebuah gejala yang harus disikapi secara teoritik maupun secara teoritik oleh seluruh kader ikatan. Karena dalam pencapaiannya untuk menjadi umat terbaik (khaira ummah).

Menurut Gianozzo Manetti dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Humanisme (De Dignitate et Excelentia Hominis) menyebutkan bahwa kitab-kitab suci bukan hanya merupakan satu statemen untuk kebahagiaan transendental, melainkan juga untuk kebahagiaan di muka bumi. Artinya apa ? bahwa secara tektstual kitab-kitab suci tidak hanya dipahami sebagai fungsi transedental saja akan tetapi juga teks yang akan memberikan semangat kontribusi kemanusiaan. Tidak hanya dipahami sebagai teks yang tanpa memilik arti bagi nilai-nilai kemanusiaan atau dimaknai dengan teks dengan teks. Akan tetapi teks yang hidup dan keluar untuk membangun semangat perubahan yang terjadi dilingkungan kemasyarkatan atau dapat dimaknai teks dengan konteks. Hal ini menjadi salah satu nilai dasar yang dimiliki oleh setiap kader-kader ikatan. Menjauhkan diri dari ketimpangan sosial yang terjadi di lingkungannya. Sehingga nantinya dapat mengejewantahkan nilai-nilai profetik yang dimiliki kader-kader ikatan untuk membangun fondasi baru dalam menciptakan masyarakat yang berkesadaran secara fungsi kemanusiaan dan fungsi keagamaan.

Menurut Muhammad Iqbal dalam bukunya “Membangun Kembali Pikiran Agama Dalam Islam” (Iqbal, 1966: 123) menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw telah sampai ke tempat paling tinggi yang menjadi dambaan ahli mistik, akan tetapi ia kembali ke dunia untuk menunaikan tugas-tugas kerasulannya. Pengalaman keagamaan yang luar biasa itu tidak menggoda Nabi berhenti untuk mengangkat derajat kaumnya melalui tindakan-tindakan kemanusiaannya. Akan tetapi menjadikannya sebagai kekuatan psikologi untuk mengubah tatanan nilai kemanusiaan pada saat itu. Dengan kata lain, bahwa pengalaman seperti itu justru menjadikan Nabi untuk terlibat langsung dalam sejarah peradaban terkhusus bagi sejarah kemanusiaan ummat. Menganggkat derajat sosial menjadi misi Nabi untuk mengeluarkan umatnya dari kebelengguan jahiliah pada saat. Itulah misi profetik yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw untuk mengubah tatanan sosial kemasyarakatan yang jahiliah menjadi kaum yang berkesadaran dan berkemampuan secara mandiri.

Konsep Religiusitas

Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan suatu subyek yang memiliki keterkaitan dalam memerangi kaum yang tertindas sebagai obyek aplikasi gerakan, memperluas kesadaran akan pemaknaan kembali relasi antara konsepsi gerakan yang bertitik tolak kepada religiusitas. Dari ketidak berdayaan, ketidakpastian sosial, sebagai suatu pijakan membangun konstruksi teologis bersama orang-orang yang tertindas.

Dalam kerangka filosofisnya secara bahasa religiusitas ini merupakan landasan utama bagi terciptanya transformasi nilai secara praksis yang harus dimiliki oleh seluruh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, yang memiliki fungsi secara teoritis maupun secara aksi. Konsepsi yang termaktup dalam nilai kader adalah “Kuntum khaira ummati ukhrijat linnasi tamuruna bilma’rufi wa tanhauna ‘anil munkari wa tu’minuna billahi (kamu adalah umat yang dipilih untuk manusia menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah {Qs Ali Imran [3] 110} )”. Menurut Kuntowijoyo ada empat hal yang tersirat dalam ayat itu, yaitu (1) konsep tentang umat yang terbaik, (2) aktifisme sejarah, (3) pentingnya kesadaran, (4) etika profetik. Pertama, tentang umat yang terbaik dalam islam adalah umat yang dapat mengaktualisasikan nilai-nilai profesionalisme dalam kegiatan dengan penuh tanggung jawab dan penuh dengan kesetiaan dalam melihat fenomena sosial yang terjadi dilingkungannya. Kedua, aktivisme sejarah mengaktualisasikan nilai-nilai tanggung jawab dan loyalitas di tengah-tengah masyarakat dalam keterlibatannya secara langsung bagi kader dalam sejarah. Bahwa kita adalah pelaku sejarah bukan sebagai produk dari sejarah. Ketiga, pentingnya kesadaran. Nilai-nilai ilahiah menjadi pijakan bagi setiap kader untuk mengaktualisasikan aktivisme Islam. Peranan kesadaran inilah yang mendorong setiap kader untuk berperan langsung dalam arus perubahan sosial melalui pemahamannya atas nilai-nilai transedensi keagamaan. Pembedaan atas kesadaran matrealisme dengan kesadaran berislam. Kesadaran materialism Marxisme bertumpu pada superstruktur (kesadaran) berasal dari struktur (kondisi sosial dan basis sosial), akan tetapi berbeda dengan kesadaran ber-islam adalah yang membentuk kesadaran bukanlah ditentukan oleh individu manusia akan tetapi Allah. Inilah yang membedakan kesadaran yang dimiliki oleh umat Islam terkhusus kader ikatan dengan kesadaran yang dimiliki oleh aliran-aliran struktural seperti kesadaran matrealisme. Keempat, etika profetik. Etika profetik ini dimiliki oleh siapa saja. Karena etika profetik ini mendorong individu untuk merubah sebuah ketimpangan yang terjadi di lingkungannya. Selain itu, dalam konsep profetik ini terkhusu kader ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dapat menjadi ilmu sebagai aktualisasi diri yang pelambangan dari hasil pengalaman, pengetahuan dan penelitian sosial (analisis sosial) sehingga nanti dapat terhubungkan atau memiliki relasi dalam memahami konteks yang terjadi yaitu amar ma’ruf (untuk menyeru kebaikan), nahi munkar (mencegah kesenjangan sosial atau ke-munkaran) dan selalu beriman kepada Allah Swt dengan melalui ritual-ritual keagamaan yang sering dilakukan seperti shalat, berzakat dan puasa. Itu merupakan sebuah konsep sekaligus praksis sosial yang memiliki landasan dari al-Qur’an sebagai pegangan atau pedoman bagi analsisi kehidupan sosial kemasyarakat kader ikatan. Sehingga setiap gerakannya memiliki kesadaran yang utuh dalam menjalankan amanah kemanusiaan dan membangun fondasi pembaharuan untuk keluar dari ketimpangan sosial dan kebelengguan peran sosial terjadi di tengah-tengah kehidupan ini. Itulah yang dicita-citakan oleh Kuntowijoyo dalam Spirit profetik yang akan menjadi karakteristik gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk menghalau ketimpangan sosial melalui gerakan-gerakan alternative yang dibangun sehingga nantinya dapat terciptanya purifikasi perubahan sosial yang idcita-citakan.

Share on Google Plus

About PC IMM AR FAKHRUDDIN

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :